13 Juni 2009

Tak Mudah Asuh Anak di Era Digital

"LONDON, KOMPAS.com - Psikolog terkemuka Elly Risman Musa Psi mengatakan pola asuh anak Indonesia yang hidup di era digital di tanah air lebih sulit ketimbang mereka yang tinggal di luar negeri seperti di Inggris." "Dalam ceramah yang diikuti sekitar 30 anggota Dharma Wanita Persatuan KBRI London, Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati ini mengatakan, anak Indonesia kini hidup dalam era digital yang dengan mudahnya mengakses berbagai media elektronik yang kadang mengandung unsur pornografi." Untuk membuka pikiran anak-anak kita, mereka memang perlu akses ke informasi yang luas (termasuk buku-buku), tetapi jangan sampai mereka membuang banyak waktu, dan teknologi hanya sebagai tantangan terhadap pendidikannya maupun untuk orangtua. Kita harus menjaga supaya mereka tidak hanya buang waktu, main games, chatting, dll. Kami sudah lama di "Era Digital" dan "Generasi Digital" sudah lama lewat, dan "Digital" bukan isu sebenarnya. Isu yang terbaru yang membuat bingung adalah "Era/Generasi Informasi" (dan hiburan) yang tidak terbatas (juga tidak ada kontrol). (Elly Risman Musa Psi)

0 komentar:

wali murid perlu tahu

Kunjungi situs PusTekKom, sangat informatif!http://www.pustekkom.go.idApakah ini tanda mutu teknologinya?

Dewan Buku Nasional Perlu Dibentuk

"JAKARTA--MI: Kebijakan buku elektonik (e-book) dinilai tidak efektif menekan harga buku menjadi lebih murah. Untuk itu, Forum Guru Independen Indonesia (FGII) mendesak dibentuknya Dewan Perbukuan Nasional" "Pada bagian lain, anggota Komisi X dari Fraksi PDIP Cyprianus Aoer mengatakan kebijakan buku elektronik tidak mencerminkan peta-peta wilayah Indonesia yang masih timpang dalam hal teknologi. Hal itu juga tercermin dari ketersambungan aliran listrik di Indonesia yang baru mencapai 40%" "Apalagi, para guru yang sudah melek teknologi hanya sekitar 10%-15%" Secara logik, BSE memang tidak dapat berhasil, kan? Internet hanya akan membesarkan jaraknya antara yang punya uang dan akses dan yang tidak. Tetapi yang dapat mengakses BSE dapat dirugikan juga: "Buku Matematik yang download beberapa hari yang lalu total halaman termasuk pengantar dan semuanya 289 halaman. Dengan demikian biaya yang diperlukan semuanya adalah cover Rp.20.000+Rp.115600 (print halaman 144 (289/2)xRp.800)= Rp135.000" - Satu buku??? Kelihatannya Buku Sekolah Elektronik (BSE) hanya menguntungkan Internet Service Provider2 (Pengusaha Penyelenggara Jasa Internet). Kapan DepDikNas akan sadar bahwa Internet bukan solusinya, dan mulai bekerja keras untuk mengatasi hal-hal yang betul penting untuk meningkatkan mutu pendidikan di negara kita?
 

ANDA LEBIH BAIK

STOP membandingkan diri Anda dengan orang lain. INGAT, orang yang Anda bandingkan belum tentu lebih BAIK daripada Anda